top of page

MENDIDIK ANAK SEMASA PANDEMI

Sejak Covid-19 masuk ke Indonesia, sudah berapa lamakah Anda melakukan social distancing atau pembatasan sosial? Di Jakarta, himbauan #DiRumahAja yang kemudian dilanjutkan dengan PSBB sudah berlangsung sekitar sebulan lebih, sedangkan di beberapa daerah mungkin baru berlangsung seminggu, dua minggu atau mungkin baru akan diberlakukan.


Satu hal yang disadari banyak orang selama #PandemiCovid19, tidak berinteraksi di luar rumah dan bertemu dengan orang lain merupakan pennyebab stres. Mencoba berbagai resep masakan, membaca berbagai macam buku, bermain monopoli berkali-kali, sampai menggambar di roti menggunakan meses, yang belakangan tengah menjadi tren di media sosial, adalah cara mengalihkan rasa cemas, bingung, takut, dan stres selama #DiRumahAja akibat penyebaran Covid-19 yang tengah terjadi di seluruh dunia. Mengapa berada di rumah saat ini begitu memicu stres?

Mayo Clinic menyebutkan perubahan situasi yang begitu cepat tentu membuat banyak orang panik. Apalagi, pandemi Covid-19 ini masih belum bisa diperkirakan kapan benar-benar berakhir karena belum ada obat definitif atau pun vaksin yang dapat mengatasi penyakit serta memutus rantai penularannya. Ditambah dengan adanya larangan beraktivitas di luar rumah tentu memberikan tantangan baru bagi semua orang, baik orang tua maupun anak. Pada orang tua kondisnya bisa jadi lebih berat, karena tidak hanya harus bisa berkonsentrasi bekerja tapi juga harus berperan sebagai guru untuk anak-anak yang belajar di rumah. Maka bisa jadi pemicu stres jadi berlipat ganda dan orang tua sangat diminta untuk dapat mengatasi situasi ini dengan baik. “Kalau orang tua atau caregiver dapat mengatasi stres atau coping dengan baik pada masa ini, tentunya anak-anak juga akan mampu mengatasi stres di masa pandemi Covid-19,” ucap dr. Renvil Reynaldi, SpKJ(K), psikiater anak dan remaja dari Universitas Hasanuddin, Makassar.


Itu mengapa Renvil menegaskan, selain memperhatikan anak, orang tua juga harus memperhatikan dirinya sendiri. “Dengan begitu orang tua tetap dapat berpikir positif dan menjalani perannya seoptimal mungkin setiap harinya,” imbuh Renvil pada live Instagram yang dihelat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDKJI) beberapa waktu lalu. Tapi membuat diri tetap positif selama menjalani peran sebagai orang tua, guru dan pekerja dalam situasi #DiRumahAja bukanlah perkara mudah. Jika di awal-awal himbauan bekerja dan belajar di rumah dikeluarkan, banyak orang membicarakan apa yang perlu dilakukan agar anak tidak stres, tetap aktif dan menikmati selama pembatasan sosial dilakukan. Seolah, bukan waktunya bagi orang tua untuk fokus pada diri dan kebutuhan psikologisnya sendiri. “Parenting di masa pandemi seperti menuntut semua orang tua untuk menjadi kuat dan tangguh. Padahal kita perlu juga mengingat bahwa orang tua harus memakai ‘tabung oksigennya’ terlebih dahulu agar bisa mendampingi anak-anak menghadapi situasi serba tidak pasti ini,” papar Nancy Colier, LCSW, psikoterapis yang juga penulis buku The Power of Off: The Mindful Way to Stay Sane in a Virtual World.


Kiat bebas stres menjalani parenting selama pandemi Covid19 Baik dr. Renvil dan Colier menyebutkan sangat penting bagi orang tua menyadari bahwa dirinya juga memiliki keterbatasan. “Saat mengalami tekanan emosional atau stres, istirahatlah, jangan melakukan kontak dulu dengan anak, duduk sejenak, lalu memikirkan apa yang kita rasakan.” Colier juga menyarankan penting untuk selalu berkomunikasi dengan sahabat atau sesama orang tua. Karena kita tidak pernah diharuskan menghadapi situasi sulit seorang diri. Apalagi saat ini teknologi komunikasi sangat memungkinkan untuk kita tetap berinteraksi dengan orang luar walau hanya di rumah saja.” Ia menyontohkan bertukar kiat dengan sesama orang tua di grup percakapan, bisa menjadi ruang untuk bercerita serta menemukan optimisme dalam menghadapi tantangan parenting selama pandemi.


Hal lain yang juga ditekankan Colier adalah berhentilah menghakimi diri sendiri. Menurut Colier, tak ada salahnya “mematikan” sejenak tombol otokritik dalam menjalani parenting selama pandemi. Karena tidak ada yang pernah membayangkan di era teknologi dan komunikasi yang sudah begitu canggih seperti sekarang, kita justru diminta untuk tidak bersosialiasi demi bertahan hidup. “Ini artinya, yang paling penting saat ini adalah tetap membuat diri kita tentang dan melakukan yang terbaik yang kita mampu,” tegas Colier.


Karena bagaimana kita bereaksi di situasi pandemi yang serba tidak pasti ini, ditegaskan Colier akan sangat memengaruhi mental dan jiwa anak di masa depan. “Kita adalah contoh hidup anak-anak bagaimana bertahan dalam situasi sulit. Jadi mari hadapi pandemi ini dengan ketahanan emosi, spiritual, dan mental yang baik. Anda tidak perlu menjadi yang terbaik, hanya cukup tetap tenang dan optimis menjalani ini semua.”

Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page